Di sebuah desa kecil bernama Nehas Liah Bing, yang terletak di perbatasan Kalimantan Timur, sekelompok Orang Muda Katolik (OMK) berkumpul setiap Minggu sore. Mereka menamai diri mereka OMK Nehas Liah Bing, karena ingin menjadi terang bagi sesama, meski tinggal jauh dari keramaian kota.
Di antara mereka, ada Maria, gadis berusia 17 tahun yang penuh semangat dan suka mengajak anak-anak belajar membaca Kitab Suci. Ada juga Hendrik, pemuda yang pandai bermain gitar dan selalu memimpin pujian dengan sukacita. Mereka semua bersatu, bukan karena kesempurnaan, tetapi karena cinta kepada Tuhan dan keinginan untuk melayani.
Suatu hari, desa mereka kedatangan misionaris muda dari luar daerah. Ia kagum melihat kekompakan OMK Nehas Liah Bing. Meski fasilitas sederhana dan sinyal internet terbatas, semangat mereka tak pernah padam. Mereka rutin mengunjungi lansia, membersihkan gereja, dan membuat kegiatan kreatif untuk anak-anak.
Dalam suatu retret kecil yang mereka adakan di tepi sungai, Maria berkata, “Meskipun kita jauh dari pusat kota, Tuhan tetap dekat. Kita bisa jadi terang, walau hanya lilin kecil di tengah gelap.”
Sejak hari itu, OMK Nehas Liah Bing makin dikenal sebagai OMK yang bersinar, bukan karena kemewahan, tapi karena hati mereka yang mau melayani.