Di bawah langit malam yang diterangi lampu-lampu halaman gereja, suasana sakral terasa begitu kuat. Umat Katolik dari berbagai kalangan, tua, muda, bahkan bayi dalam gendongan, berkumpul dengan penuh kekhusyukan. Mereka berdiri rapi di sisi jalan paving, menantikan berkat dari imam yang mengenakan kasula emas.
Sambil memegang aspergillum (alat percik), imam memberkati umat dengan air suci—tanda pembaruan baptisan dan pengudusan hidup. Umat menerima percikan air tersebut dengan penuh iman, sebagai lambang penyucian diri dan pengharapan akan rahmat Tuhan yang melimpah.
Di sekitar imam, tampak para misdinar yang setia mendampingi, membawa ember kecil berisi air suci. Salah satu misdinar perempuan tampak memegang wadah dengan hati-hati, mendampingi imam dalam tugas liturgi yang khidmat ini.
Malam itu bukan hanya menjadi ritual biasa, tapi menjadi momen perjumpaan yang mendalam dengan Tuhan, di mana seluruh komunitas umat Katolik memperbarui janji baptis mereka dan bersatu dalam semangat iman yang hidup.